Keempat jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya. "Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain," ingatnya. Orang tua tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi. Hadis ini pun menjadi dalil dalam pemberian wasiat, yakni harta yang diwasiatkan untuk
Umat Islam diperintahkan Allah menjadi umat terbaik khairu ummah. Karena itu, ciri khairu ummah berupa karakter unggul dan kuat terus dipesankan agar menjadi perhatian setiap muslim. Terkait hal ini, Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Syamsul Hidayat menerangkan bahwa Allah berpesan secara khusus di dalam Surat An Nisa ayat 9 yang artinya, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” “Allah mengingatkan kaum muslimin agar kita berwaspada kalau meninggalkan generasi yang lemah. Mafhumnya adalah kita ini harus meninggalkan keturunan yang kuat,” jelas Syamsul Hidayat di kanal Youtube Majelis Tabligh Muhammadiyah, Ahad 3/4. Keturunan yang lemah bisa dilihat dari berbagai aspek, bisa dari lemah iman, lemah ilmu, dan bisa dari aspek lemah ekonomi. “Jadi, jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus itu generasi yang lemah iman, lemah taqwa, dan itu semua ada kaitanya dengan ilmu, jangan sampai lemah ilmu juga,” jelas Syamsul. “Nah ilmu ini bisa ilmu yang bersifat pembinaan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan juga ilmu ketrampilan hidup,” imbuh Syamsul. Perhatian terhadap generasi yang kuat menurutnya juga ditegaskan oleh Nabi Muhammad Saw melalui hadis yang artinya, “mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.” “Bulan Ramadhan ini, mari jadikan momentum untuk menanamkan nilai-nilai keimanan dan juga menanamkan ilmu ketrampilan hidup, agar generasi kita kuat,” tegas Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta ini. [roni] Tonton Selengkapnya
9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendakla hmereka mengucapkan perkataan yang benar. Jangan kita mewariskan generasi bangsa yang lemah! Prof. Dr.
BOGOR – Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan pembinaan generasi penerus. Salah satunya ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Menurut Guru Besar Agama Islam IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS, lemah yang dimaksudkan dalam ayat di atas menyangkut beberapa hal. “Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah, ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik murid dan generasi muda Islam pada umumnya,” kata Kiai Didin saat mengisi pengajian guru-guru Sekolah Bosowa Bina Insani SBBI di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat 12/7. Pertama, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya. “Akidah merupakan sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hdup. Orang yg lemah akidahnya mudah sekali terkena virus syirik dan munafik. Hidupnya mudah terombang-ambil, tidak teguh pendirian. Ia pun bisa gampang menggadaikan iman,” ujar direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun UIKA Bogor, dalam rilis SBBI yang diterima Jumat 12/7. Hal ini pun dicontohkan oleh Luqmanul Hakim saat mendidik anak-ankanya lihat QS Luqman. “Yang pertama ditekankan adalah soal akidah, yakni janganlah engkau mempersekutukan Allah’. Barulah kemudian Luqman membahas hal-hal yang lain kepada anak-anaknya,” paparnya. Kedua, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ibadahnya. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, insya Allah akan bahagia dan punya pegangan dalam hidupnya. Ia tidak mudah terintenvensi oleh orang lain. “Sebaliknya, orang yang lemah ibadahnya atau menyia-nyiakan ibadah, maka hidupnya tidak akan bahagia. Ia pun mudah diintervensi orang lain,” tuturnya. Ketiga, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ilmunya. “Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya, Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu’,” ujarnya. Kiai Didin menyebutkan, dalam pendidikan ada materi, metode, dan guru. “Metode lebih baik daripada materi. Guru lebih baik daripada metode. Semangat atau spirit guru lebih baik daripada guru itu sendiri,” paparnya. Keempat, jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya. “Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain,” ujarnya. Kiai Didin menyebutkan, sebuah hadis yang menceritakan seorang lelaki punya seorang anak perempuan. Karena sangat bersemangat bersedekah, ia berniat menyedekahkan 100 persen hartanya, tapi Nabi melarangnya. Lalu, ia berniat menyedekahkan 50 persen hartanya. Hal itu pun masih dilarang. Akhirnya ketika dia berniat menyedekahkan sepertiga hartanya, barulah Nabi mengizinkan. “Dengan demikian, orang tua tadi tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi. Hadis ini pun menjadi dalil dalam pemberian wasiat, yakni harta yang diwasiatkan untuk disedekahkan, maksimal sepertiga dari total harta warisan,” papar KH Didin Hafidhuddin. Suka Pakai Aplikasi Paylater? Favorit Kamu yang Mana? LinkAja Paylater Shopee Paylater GoPaylater Traveloka Paylater Akulaku Paylater JULO Paylater Blibli Paylater Tidak Pakai Paylater Array [__ci_last_regenerate] => 1686813941
BERITA Bupati Sumedang H Dony Ahmad Munir mengingatkan, masyarakat agar jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah. Hal ini, bisa masyarakat dengan mencegah stunting sejak anak lahir. Bahkan, jauh sebelumnya saat menuju jenjang perkawinan. Agam, Scientia – Gubernur Sumatera Barat Buya H. Mahyeldi Ansharullah menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sitalang Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Jumat 22/10/2021. Pada kesempatan itu Gubernur mengingatkan para orang tua agar jangan sampai meninggalkan generasi keturunan dalam keadaan lemah. Hal ini sesuai dengan pesan Allah dalam Al Quran dalam Surat an-Nisa 9. “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar,” ujarnya. Buya Mahyeldi mengatakan, bahwa ayat ini adalah peringatan terhadap kalangan orang tua untuk menunaikan tanggungjawab kepada anaknya. Orang tua adalah pilar dan penanggung jawab utama pendidikan anak. Keluarga adalah al-Madrasah al-Uula sekolah pertama dan utama. Orang tua khususnya Ibu adalah Guru Utama dalam mendidik anak dalam keluarga. Adapun “Lemah” yang dimaksud Buya adalah Lemah Akidah, Lemah Ibadah, Lemah Ilmu dan Lemah Ekonomi. Hal ini yang akan membuat umat Islam mudah jatuh dan hilang keyakinannya terhadap Allah SWT. “Untuk itu, orang tua harus bisa berikan pendidikan agama, keyakinan dan bekerja keras menyiapkan jalan penghidupan yang layak,” ujarnya. Terkait keempat lemah itu, Buya Mahyeldi menjelaskan, Lemah Akidah yaitu keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan keyakinan inilah yang tidak boleh lemah pada generasi muda. “Apabila lemah mereka melakukan perbuatan syirik. Karena syirik itu adalah lawan daripada akidah Islam yang tauhid. Perbuat syirik merupakan dosa besar, jangan sampai kita masuk ke dalamnya,” katanya. Lemah Ibadah yaitu tidak melakukan sholat, dzikir, qira’atul quran dan lain sebagainya. Maka generasi kita tidak boleh lemah yaitu malas untuk ibadah. Kemudian untuk Lemah Ilmu pengetahuan merupakan jalan manusia untuk bisa berkembang dalam menapaki kehidupan di dunia ini. Tanpa ilmu manusia akan sangat sulit menjalani hidup dan kehidupan, bahkan bisa dikatakan hidup miskin dan terbelakang. “Karena dunia harus didapat dengan ilmu, akhirat harus diraih pula dengan ilmu. Untuk mendapatkan keduanya diperlukan pula ilmu. Nah, jika generasi kita tidak dibekali dengan ilmu, maka mereka akan tertinggal peradaban dunia dan jauh dari akhirat. Selanjutnya Lemah Ekonomi yaitu, ekonomi sangat erat hubungannya dengan kepemilikan harta dan kekayaan serta usaha kerja. Kuat di sini adalah kuat secara ketahanan perekonomian manusia itu sendiri. Jangan sampai generasi yang jatuh miskin karena menggantungkan hidupnya dari belas kasih orang lain, tidak mandiri dan berdikari dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. “Karena orang mukmin yang kuat lebih dicintai Allah dari mukmin yang lemah”. Demikian Hadits Nabi Saw. Tapi, apakah warisan harta saja sudah cukup? Tentu saja tidak,” tuturnya. Gubernur tekankan, warisan yang lebih utama adalah iman akidah yang kuat, ilmu pengetahuan, ketaatan beribadah dan akhlak karimah. Hadir dalam acara tersebut Ketua Komisi II DPRD Agam Rizki Abdillah Fadhal, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Agam Drs. Isra, M,Pd, Camat Ampek Nagari Roza Syafdefiianti, Wali Nagari Sitalang, Niniak Mamak, Cadiak Pandai Bundo Kanduang dan tokoh masyarakat Sitalang. nov Agam Scientia - Gubernur Sumatera Barat Buya H. Mahyeldi Ansharullah menghadiri Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sitalang Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Jumat (22/10/2021). Pada kesempatan itu Gubernur mengingatkan para orang tua agar jangan sampai meninggalkan generasi keturunan dalam keadaan lemah. Sumber QS.[4]. An Nisaa 9 Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. Kajian Anak adalah amanah, maka para orangtua harus bertanggungjawab penuh untuk mendidiknya, membimbingnya, dan mengarahkannya agar tidak menjadi anak-anak yang lemah. Generasi yang kuat lebih senangi oleh Allah dari pada generasi yang lemah. Untuk menjadikan anak-anak menjadi kuat caranya melalui pengajaran, pendidikan, dan pelatihan. Ajari anak-anak tentang ilmu agama, didiklah agar bermoral dan biasakanlah agar tidak canggung, ahli dan mahir. Kirimkanlah mereka ke lembaga yang patut untuk dipercaya. Bekali ilmu agama, ilmu memanah, berenang dan berkuda. Aplikasi ilmu agama adalah adil saat memimpin, tidak korupsi saat punya kewenangan, memikirkan anak buah atau rakyatnya saat berkuasa, jujur saat bicara dan saat bertindak. Aplikasi ilmu memanah adalah siap berburu dan perang, dan di zaman sekarang bisa diterjemahkan pandai mencari nafkah yang halal dan fokus terhadap suatu tujuan. Aplikasi ilmu berenang adalah siap mengarungi kehidupan yang penuh ketidakpastian dengan badan yang sehat dan senantiasa bugar. Sedangkan aplikasi ilmu berkuda, adalah memiliki kendaraan atau cara dalam melangkah agar lebih cepat sampai tujuan. Janganlah kawatir jika kita sudah bertakwa kepada Allah semua pasti akan didapatkan jika sudah kita ikhtiarkan sesuai dengan tuntunan-Nya. Kata kunci agar anak-anak tidak lemah adalah Pendidikan Agama, Pendidikan Teknologi, dan Aplikasi di lapangan hidup sehari-hari. Wallahu a’lam bishawab. Yogyakarta, Selasa, 4 Februari 2014. Teguh Sunaryo Motivator Religi Indonesia HP 085 643 383838 . ———————————————————————————- Jangansampai meninggalkan generasi yang lemah ilmu, agama dan akhlaknya. REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Rasulullah SAW memberikan tuntunan kepada orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan baik. Salah satu di antaranya hadis Rasulullah SAW yang menyuruh orang tua mendidik anaknya terkait tiga hal.
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS kiri TangselMedia – Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan pembinaan generasi penerus. Salah satunya ditegaskan oleh Allah SWT di dalam Alquran, Surat An-Nisa ayat 9, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Menurut Guru Besar Agama Islam IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS, lemah yang dimaksudkan dalam ayat di atas menyangkut beberapa hal. “Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah, ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik murid dan generasi muda Islam pada umumnya,” ujar Kiai Didin saat mengisi pengajian guru-guru Sekolah Bosowa Bina Insani SBBI di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat 12/7/2019. Pertama, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah akidahnya atau imannya. “Akidah merupakan sumber kekuatan, kenyamanan dan kebahagiaan dalam hdup. Orang yg lemah akidahnya mudah sekali terkena virus syirik dan munafik. Hidupnya mudah terombang-ambil, tidak teguh pendirian. Ia pun bisa gampang menggadaikan iman,” ujar direktur Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun UIKA Bogor, dalam rilis SBBI yang diterima Jumat 12/7/2019. Hal ini pun dicontohkan oleh Luqmanul Hakim saat mendidik anak-ankanya Lihat QS Luqman. “Yang pertama ditekankan adalah soal akidah, yakni janganlah engkau mempersekutukan Allah’. Barulah kemudian Luqman membahas hal-hal yang lain kepada anak-anaknya,” paparnya. Kedua, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ibadahnya. Orang yang istiqomah dalam ibadahnya, insya Allah akan bahagia dan punya pegangan dalam hidupnya. Ia tidak mudah terintenvensi oleh orang lain. “Sebaliknya, orang yang lemah ibadahnya atau menyia-nyiakan ibadah, maka hidupnya tidak akan bahagia. Ia pun mudah diintervensi orang lain,” tuturnya. Ketiga, jangan sampai meninggalkan anak yang lemah ilmunya. “Islam sangat menekankan pentingnya ilmu pengetahuan. Rasulullah menegaskan dalam salah satu hadisnya, Tidak ada kebaikan kecuali pada dua kelompok, yaitu orang yang mengajarkan ilmu dan orang yang mempelajari ilmu’,” ujarnya. Kiai Didin menyebutkan, dalam pendidikan ada materi, metode, dan guru. “Metode lebih baik daripada materi. Guru lebih baik daripada metode. Semangat atau spirit guru lebih baik daripada guru itu sendiri,” paparnya. Keempat, jangan meninggalkan generasi yang lemah ekonominya. “Orang tua perlu menyiapkan generasi yang kuat secara ekonomi, agar hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain,” ujarnya. Kiai Didin menyebutkan, sebuah hadis yang menceritakan seorang lelaki punya seorang anak perempuan. Karena sangat bersemangat bersedekah, ia berniat menyedekahkan 100 persen hartanya, tapi Nabi melarangnya. Lalu, ia berniat menyedekahkan 50 persen hartanya. Hal itu pun masih dilarang. Akhirnya ketika dia berniat menyedekahkan sepertiga hartanya, barulah Nabi mengizinkan. “Dengan demikian, orang tua tadi tidak meninggalkan generasi yang lemah secara ekonomi. Hadis ini pun menjadi dalil dalam pemberian wasiat, yakni harta yang diwasiatkan untuk disedekahkan, maksimal sepertiga dari total harta warisan,” papar KH Didin Hafidhuddin. Post Views 460
JANGANMENINGGALKAN GENERASI YANG LEMAH. Kategori Berita | Diposting pada : 23 Oktober 2012 | 16:54 WIB oleh adminsuper. Baca Juga Berita Lainnya. Atasi Corona dengan Khotmil Qur'an Online; Tim Tonti MTsN 1 Kulon Progo Meriahkan Pawai Karnaval Tingkat Kecamatan Wates; JANGAN MENINGGALKAN GENERASI YANG LEMAH Oleh Mohamad Mufid, Ketua PD IKADI Kota Prabumulih, Sumatera Selatan Download PDF Materi Khutbah Jumat Ikadi klik dibawah ini Download MS Word Materi Khutbah Jumat Ikadi klik dibawah ini اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ مَنَّ عَلَيْنَا بِنِعْمَةِ الْأَوْلَاد، وَفَتَحَ لَنَا مِنْ أَسْبَابِ الْهِدَايَةِ كُلَّ بَاب. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَه، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ الْكَرِيْمُ الْوَهَّاب، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه، رَغَّبَ فِيْ طُرُقِ الصَّلاَحِ وَحَذَّرَ مِنْ طُرُقِ الْفَسَاد. صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُم إِلَى يَوْمِ الْمِيْعَاد. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ الله، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Islam adalah agama sempurna yang memberikan bimbingan, tuntunan dan arahan agar kehidupan yang dijalani manusia selalu berakhir bahagia, baik di dunia maupun akhirat. Islam mengatur kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Sebagaimana Islam ingin setiap individu meraih kebahagiaan secara pribadi, Islam juga menginginkanya berbahagia bersama keluarga dan masyarakat. Untuk mewujudkannya, Islam memberikan bimbingan kepada keluarga agar sesuai dengan kehendak Allah. Diantaranya adalah larangan bagi orang tua untuk meninggalkan generasi yang lemah; baik lemah secara fisik, intelektual, emosional, maupun lemah secara ekonomi. Hal ini karena generasi yang lemah tidak mampu menempuh kehidupan dunia secara normal. Apalagi ia mempunyai tanggung jawab untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di bumi. Allah Ta’ala berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 9, وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” An-Nisa’ 9 Dalam ayat ini, Allah Swt. memberi peringatan kepada kaum muslimin agar jangan sampai meninggalkan keturunan yang lemah. Tentu larangan ini lebih ditujukan kepada orang tua yang mempunyai anak dan keturunan. Namun, ayat ini sebenarnya berbicara kepada setiap muslim. Dari sini kita bisa memahami bahwa Allah tidak menginginkan adanya generasi yang lemah dalam masyarakat Muslim. Oleh karena itu, agar tujuan mewujudkan generasi yang kuat bisa terwujud dalam masyarakat Muslim, maka diperlukan usaha dan kerjasama semua pihak, termasuk para guru dan segenap komponen masyarakat. Kelemahan yang dimaksud dalam ayat tersebut bersifat umum. Di antara bentuk kelemahan generasi Islam adalah lemah dalam bidang akidah, lemah dalam bidang ibadah, lemah secara intelektual/keilmuan, dan lemah secara ekonomi. Pertama, jangan tinggalkan generasi yang lemah akidah. Pada abad ke-21 ini, kaum muslimin menghadapi tantangan berat berupa perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi yang sangat cepat. Dengan kehadiran teknologi ini, manusia seolah-olah hidup tanpa jarak. Dunia seperti dalam genggaman tangan. Semua terasa dekat. Segala bentuk informasi yang ada di dunia, baik yang positif maupun negatif, dapat diakses setiap saat melalui handphone android yang kita miliki. Sebagai seorang muslim, kita harus selalu waspada dan hati-hati menghadapi laju teknologi yang sangat cepat ini. Terlebih lagi, kita juga harus memberikan perhatian kepada anak-anak kita. Mereka belum mempunyai kematangan yang cukup untuk menanggulangi dampak negatif dari derasnya arus informasi. Jika kehadiran teknologi ini tidak dibarengi dengan kualitas iman yang baik, maka sangat mungkin anak-anak kita menerima dampak negatifnya, termasuk pendangkalan akidah dan kaburnya batas antara kebenaran dan kebatilan. Merupakan sebuah ironi, bahwa kemajuan teknologi yang memudahkan manusia, justru semakin menjauhkannya dari Allah Swt. Tidak itu saja. Kehadiran teknologi yang seharusnya mendekatkan komunikasi antar sesama manusia, seringkali justru semakin menjauhkan kita dari keluarga. Akibatnya teknologi menimbulkan sikap egois dan hubungan yang tidak harmonis. Semakin banyak manusia memuja materi dan menjauhi spiritualitas. Komitmen terhadap agama dianggap sebagai hal yang tidak relevan dengan kehidupan kekinian. Jika kita renungkan bersama, sepertinya kondisi ini mirip dengan kehidupan masyarakat jahiliyah empat belas abad silam, yang menuhankan hawa nafsu dan melepaskan diri dari aturan agama. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Oleh karena itu, kita sebagai orang tua harus lebih waspada dan berhati-hati. Jangan sampai anak keturunan kita menjadi generasi yang lemah akidah. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah menekankan pendidikan akidah. Hal ini dicontohkan oleh Al-Qur’an melalui kisah Luqman al-Hakim yang selalu menanamkan akidah sejak dini kepada anak-anaknya. Allah berfirman, وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ “Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar” Luqman 13. Pendidikan akidah yang lain dicontohkan Nabi Ya’qub Alaihis salam dalam Surat al-Baqarah ayat 133. Sesaat sebelum wafat, beliau yang sebelumnya sudah mendidik anak-anaknya dalam ketaatan kepada Allah, ingin memastikan mereka berada pada akidah yang benar. Nabi Ya’qub berkata, مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي “Apa yang akan kalian sembah nanti sepeninggalku?” Dengan tegas, anak-anaknya menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, yaitu Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” Al-Baqarah 133 Kisah Luqman al-Hakim dan Nabi Ya’qub di atas menggambarkan perhatian dan kepedulian orang tua terhadap generasi penerusnya dalam hal akidah. Disinilah pelajaran berharga kepada kita semua, agar jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah akidah. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Kedua, jangan tinggalkan generasi yang lemah ibadah. Solusi agar terhindar dari generasi yang lemah ibadah adalah menghadirkan pendidikan ibadah di dalam keluarga. Pembiasaan untuk melakukan ibadah sangat penting dilakukan sejak dini, agar tumbuh komitmen dalam diri generasi muda untuk senantiasa melaksanakan ibadah yang wajib maupun sunnah, seperti salat lima waktu, puasa, membaca al-Qur’an dll. Saat ini, banyak sekali anak-anak muda yang meremehkan ibadah, terutama salat lima waktu. Padahal, ibadah salat tidak memerlukan waktu yang lama untuk dilaksanakan. Katakanlah untuk setiap salat, kita butuh 15 menit dari sejak berwudhu, memakai pakaian yang suci dan kemudian melaksanakan salat. Jika dikalikan lima kali, dibutuhkan waktu 75 menit atau satu jam lebih 15 menit. Waktu salat ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan waktu untuk istirahat, bekerja, bermain dan bercengkrama bersama keluarga. Maka sungguh ironis jika anak-anak yang lahir dari keluarga Muslim tidak mau melaksanakan salat seperti orang tua mereka. Apalagi jika berasalan tidak ada waktu dan tidak sempat karena padatnya aktivitas sehari-hari. Fenomena generasi muda yang menyia-nyiakan ibadah salat dan lebih memperturutkan hawa nafsu memang sudah disinggung di dalam Al-Qur’an, sebagaimana firman Allah, فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا “Kemudian, datanglah setelah mereka generasi pengganti yang mengabaikan salat dan mengikuti hawa nafsu. Mereka kelak akan tersesat.” Maryam 59 Untuk itu, sebagai orang tua harus cerdas mendidik, membimbing dan menghadirkan pendidikan ibadah. Khususnya salat, karena ibadah salat adalah tiang agama. Barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agamanya. Dan barangsiapa merobohkannya, berarti ia telah merobohkan agamanya. Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Ketiga, jangan tinggalkan generasi lemah di bidang ilmu. Agar generasi tidak lemah di bidang ilmu, maka kita sebagai orang tua harus terus memotivasi anak agar semangat menuntut ilmu dan memilihkan institusi pendidikan yang baik bagi mereka. Tidak dapat dipungkiri, orang yang miskin ilmu tidak akan mampu bertahan dalam kehidupan dunia. Kesuksesan duniawi menuntut kecakapan, keterampilan dan penguasaan ilmu pengetahuan yang cukup. Demikian juga kesuksesan di akhirat. Agar selamat dan mendapatkan surga yang Allah janjikan, dibutuhkan pemahaman terhadap ilmu syar’i yang dapat menuntun kepada jalan kebajikan yang Allah kehendaki. Imam Syafi’i pernah berkata “Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat.” Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Keempat, jangan tinggalkan generasi lemah ekonomi. Meninggalkan keluarga dalam kondisi berkecukupan lebih baik dari pada meninggalkan keluarga dalam kondisi miskin. Prinsip ini penting untuk dilaksanakan agar generasi berikutnya tidak menjadi beban orang lain, apalagi sampai meminta-minta dan menjadi pengemis. Rasulullah Saw. sendiri yang menjelaskan prinsip ini kepada para shahabatnya. Suatu saat, ketika Rasulullah saw masuk ke dalam rumah Sa’ad Ibnu Abi Waqqas Ra. dalam rangka menjenguknya ketika sakit parah, maka Sa’ad bertanya, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku mempunyai harta, sedangkan tidak ada orang yang mewarisiku kecuali hanya seorang anak perempuan. Maka bolehkah aku menyedekahkan dua pertiga dari hartaku?” Rasulullah Saw. menjawab, ”Tidak boleh.” Sa’ad bertanya. ”Bagaimana kalau dengan separuhnya?” Rasulullah Saw menjawab, ”Jangan.” Sa’ad bertanya, ”Bagaimana kalau sepertiganya?” Rasulullah menjawab, ”Sepertiganya sudah cukup banyak.” Kemudian Rasulullah bersabda “Sesungguhnya kamu bila meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan adalah lebih baik daripada kamu membiarkan mereka dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada orang lain.” Muttafaq ’Alaih Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Dengan membekali anak keturunan kita dengan empat bekal di atas, yaitu pendidikan akidah, pendidikan ibadah, bekal ilmu dan bekal ekonomi, maka kita berharap kita telah melaksanakan perintah Allah untuk tidak meninggalkan generasi yang lemah. Dan pada gilirannya, kita berharap bahwa anak-anak kita mampu melanjutkan estafet dakwah Islam untuk menyebarkan kemuliaan nilai-nilai Islam dan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Amin Ya Rabbal Alamin. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالِّذكْرِ الْحَكِيمِ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم Khutbah Kedua الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِه، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِه، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، تَعْظِيْمًا لِشَأْنِه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلَى رِضْوَانِه. صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأعْوَانِه. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوىَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ، سَيِّدِ اْلأَوَّلِيْنَ وَاْلأَخِرِيْنَ، وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّاب. اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْـمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. رَبَنَا آتِنَا في الدُنْياَ حَسَنَةَ وفي الآخِرَةِ حَسَنَةَ وقِنَا عَذَابَ النَّار. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِين، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين. Post Views 1,752 Yang utama adalah jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah akidah, ibadah, ilmu, dan ekonominya, Generasi penerus atau anak di sini, tidak hanya anak biologis, melainkan juga anak didik (murid) dan generasi muda Islam pada umumnya," kata Kiai Didin saat mengisi pengajian guru-guru Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/7).
“Perkaderan merupakan sumbu gerakan, tanpa adanya perkaderan sebuah gerakan tampak seperti paguyuban yang kadangkala harus bubar, karena ketiadaan regenerasi dan lenyapnya semangat kesukaan atau hobi yang menyatu”Dikutip dalam buku Genealogi Kaum Merah Salah satu kunci kenapa bisa bertahan eksisnya sebuah organisasi adalah stok ketersediaan terhadap kader. Sering kali kita melihat bahwa, banyaknya mati suri organisasi karena ketidakmampuan organisasi tersebut menangani aspek pengelolaan perkaderannya. Sebab itu, biasanya aspek perkaderan termasuk kebutuhan mendesak karena menyangkut keberlangsungan hidup dan regenerasi organisasi di masa depan. Begitu juga dalam Muhammadiyah, organisasi yang didirkan Ahmad Dahlan kurang lebih satu abad yang lalu, kenapa Muhammadiyah sampai hari ini masih survive dan tidak pernah kekurangan anggota karena menganggap perkaderan adalah sebuah hal yang penting. Itulah yang juga disampaikan Prof Mukti Ali bahwa baik dan buruknya organisasi Muhammadiyah yang akan datang itu dapat dilihat dari kualitas pendidikan kader yang sekarang ini dilakukan. Tafsir Ayat Jangan Meninggalkan Generasi yang Lemah! Perkaderan merupakan sunnahtullah yang tidak dapat kita sepelekan. Allah Swt memperingatkan bagi umat Islam agar memperhatikan anak keturunan generasi dibelakangnya. Dalam An-Nisa’ ayat 9 Allah Swt berfirman وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا – ٩ “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. Mengenai asbabun nuzul terhadap ayat ini, Hasbie Ash-Shiddieqy memberikan komentarnya dalam Tafsir An-Nuur tentang Aus Bin Shamit yang meninggal dan meninggalkan seorang istri dengan tiga anak perempuannya. Namun, ia dan ketiga anak orang perempuannya terhalang mendapatkan harta warisan karena terhalang oleh dua orang anak pamannya saudara sekandung Aus. Istri Aus yang ditinggal tanpa memiliki harta lagi mengadu kepada Rasulullah Saw dan ketika ditanya oleh Rasul, mereka menjawab “ Ya Rasulullah, anak-anak itu masih kecil dan belum bisa menunggang kuda, serta belum mampu memikul beban.” Tidak lama kemudian turunlah ayat ini, yang menegaskan adanya hak memperoleh harta warisan bagi si istri dan anak-anak perempuan. Rasulullah bersabda “Jangan kamu bagi harta Aus, karena Allah menjelaskan ada bagian harta warisan untuk anaknya, namun belum ditentukan besarnya”. Asyaukani dalam tafsirnya Fathul Qadhir menafsirkan وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا , bahwa bila seorang meninggalkan para ahli waris dalam keadaan lemah tak berharta, maka baik baginya untuk meninggalkan hartanya bagi mereka agar tidak terpuruk. Dan hendaknya merasa khawatir jika anak-anak generasi kita selanjutnya itu akan sengsara sepeninggal mereka karena kepergian penanggung dan pemberi nafkah mereka. Senada dengan Buya Hamka memberikan tanggapan terhadap penafsiran ayat ini, bahwa hendaknya kita jangan sampai meninggalkan dzurriyah anak-cucu kelak hidup terlantar. Biarlah ada harta peninggalan yang akan mereka jadikan bekal penyambung hidup. Ini menjadi penegasan kepada kita semua agar mempersiapkan generasi penerus dibelakang kita. Jangan sampai ketika kita telah tiada, mereka tidak mampu mandiri menjalani hidupnya. Hal semacam ini yang tidak disukai Allah Swt. Quo Vadis Perkaderan Muhammadiyah Kader sering diartikan sebagai calon pemimpin yang akan menggantikan estafet kepemimpinan selanjutnya. Namun hal itu merupakan dalam hal pengertian sempit, yang diartikan oleh Djazman Al-Kindi―pendiri IMM dan disebut sebagai bapak perkaderan Muhammadiyah―kader menurutnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengutip dalam bukunya Muhammadiyah Peran Kader dan Pembinaannya, seorang kader mempunyai tugas pokok untuk mengembangkan organisasi dan sekaligus menghindarkan ideologi dari kemungkinan distorsi. Karena itu, di samping dia harus aktif secara fisik, dia harus terus menerus mempelajari rumusan ideologi tersebut dalam kaitan dengan tugasnya di organisasi, beserta ilmu-ilmu pendukungnya. Menjadi kekhawatiran bagi pak Djazman adalah pengaruh dari luar outsider yang ingin merusak bangunan ideologi Muhammadiyah sendiri. Semua itu perlu menjadi perhatian, agar organisasi secara ideologis itu mantap dan mekanisme organisasinya berjalan dengan baik. Namun yang perlu dicatat terkadang perkembangan organisasi sering kali tidak dapat diimbangi oleh perkembangan kader, baik dalam mutu maupun jumlahnya. Karena itu, hendaknya menumbuhkan pada jiwa kader yang mampu mempertahankan eksistensi, menjagar kemurnian ide agar tidak mudah terjadinya distorsi atau menyimpangnya dari garis haluan tujuan organisasi. Tantangan bagi kader Muhammadiyah ke depan dalam peran fungsionalnya tidak sekedar mengganti generasi tua yang sudah uzur dan sekedar meneruskan progam amal usaha yang ada. Menurut Prof. Amien Rais rutinisasi dalam sebuah organisasi kader harus didobrak dan diganti dengan dinamisasi berpikir yang kreatif. Karena rutinisasi yang selama ini terjadi di organisasi-organisasi kader menyebabkan munculnya gejala kemandegan dan stagnasi gerakan. Perlunya merekonstruksi cara berpikir kader Muhammadiyah yang selama ini agaknya cenderung masih bersifat ekslusif. Problem seperti ini akan dapat diatasi, jika para kader Muhammadiyah memiliki cara pandang yang luas, inklusif dan terbuka dalam memahami setiap persoalan-persoalan yang dihadapi.
XF13.
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/199
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/22
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/389
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/338
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/356
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/336
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/350
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/143
  • g6vt4t0bgq.pages.dev/113
  • jangan meninggalkan generasi yang lemah